Saat saya sampaikan ke beliau bahwa bapak “hanya” seorang penjual es
balok, beliau bertanya.
“apa cita-citamu?”
“saya ingin sebagaimana orang-orang yang sekarang saya lihat 'sukses' dengan ilmunya..S1, S2, S3”.. jawab saya dengan sedikit ragu. Ragu?? Bukan ragu karena tidak yakin akan takdir kelak, tapi ada tanya di sudut hati,
benarkah itu yang saya inginkan?
(sekilas, saya dengar juga peserta di samping saya brbicara dengan
lantang akan keinginannya untuk s1-s3.)
Dengan wajah “angkuh” (saya maklum, karena beliau lebih berilmu dari saya),
beliau bertanya lagi
“kenapa kamu pengen segitu tingginya sekolah?”
“saya ingin, perjuangan bapak saya tidak sia2...”
“kalo kamu dapet tawaran kerja di RS terpencil, RS kendal
misalnya (emangnya kendal tu terpencil
ya), Kamu terima?”
Dengan nada lirih saya jawab (soalnya waktu tu pas
kelaperan..bukan ding, tapi memang ada “sesuatu” yang membuat jawaban saya
lirih..)
“ya, kalo itu memang bisa menjadi batu loncatan untuk saya
bisa meraih harapan yang lebih tinggi kenapa nggak...”
Beliau dengan tegas langsung menjawab
“apakah kamu akan dengan mudah “nrimo” sama kerjaan seadanya,
demi bapakmu yang tukang es itu..?”(agak
miris sya menulisknnya, jujur, dlam hati saya “agak” tidak suka dengan
pertanyaan itu)
Saat itu, saya protes, memang ada apa dengan pekerjaan itu??
Anda seperti menyepelekanya? Perlu Anda tahu ya, karena pekerjaan itu, 3 anak
trmasuk saya bisa kuliah di perguruan tinggi negeri yang cukup ternama!
Hari ini, saya terfikir, bahwa sebenarnya beliau menguji
mental saya, apakah cukup pada keberhasilan sesaat, atau inginkan sbuah hasil
besar meski dengan perjuangan yang tidak ringan dan tak singkat....
Sekaligus pelajaran, bahwa kebahagiaan tak dinilai hanya
dari keberhasilan kita meraih apa yang kita inginkan, krna manusia memiliki
rasa tidak pernah puas..
So..kebahagiaan itu... hatimu yang mencipta... Satu keyakinan saya saat ini, apapun yang saya pilih, selama itu untuk kebermanfaatan banyak pihak, dan kebahagiaan banyak orang terutama orang yang kita kasihi, maka kebahagiaan akan datang dengan sendirinya pada kita...
Suatu hari, sekedar dalam perenungan tentang hidup saya, saya bertanya pada orang-orang di sekeliling, bagaimana sebenarnya mereka memaknai hidup.
Kata kakak pertama saya, makna hidup itu....ada tujuan besar dalam kehidupan ini. Susah, senang.. ada porsinya. Allah tahu apa yang dibutuhkan hamba-Nya. Suami beliau (alias kaka ipar saya), memaknai hidup itu menjadikan sluruh aktivitas hidup untuk ibadah, bermanfaat bagi banyak makhluk, sabar dalam kelebihan maupun kekurangan, menikmati proses....
Sedang kakak kedua memaknai hidup.... itu "LEWAT", persinggahan sementara. (hmm.. so simple.. fikir saya saat itu)
Sahabat saya memaknai hidup dengan dua kata, USAHA dan IBADAH.
Then... bagaimana kamu memaknai hidup?
So..kebahagiaan itu... hatimu yang mencipta... Satu keyakinan saya saat ini, apapun yang saya pilih, selama itu untuk kebermanfaatan banyak pihak, dan kebahagiaan banyak orang terutama orang yang kita kasihi, maka kebahagiaan akan datang dengan sendirinya pada kita...
Suatu hari, sekedar dalam perenungan tentang hidup saya, saya bertanya pada orang-orang di sekeliling, bagaimana sebenarnya mereka memaknai hidup.
Kata kakak pertama saya, makna hidup itu....ada tujuan besar dalam kehidupan ini. Susah, senang.. ada porsinya. Allah tahu apa yang dibutuhkan hamba-Nya. Suami beliau (alias kaka ipar saya), memaknai hidup itu menjadikan sluruh aktivitas hidup untuk ibadah, bermanfaat bagi banyak makhluk, sabar dalam kelebihan maupun kekurangan, menikmati proses....
Sedang kakak kedua memaknai hidup.... itu "LEWAT", persinggahan sementara. (hmm.. so simple.. fikir saya saat itu)
Sahabat saya memaknai hidup dengan dua kata, USAHA dan IBADAH.
Then... bagaimana kamu memaknai hidup?
“Khoirunnas anfa’uhum linnas”
Selamat memilih jalan hidup, selamat menebar manfaat,
selamat ber-fastabiqul khoirot!
Ok ok...
BalasHapusOk ok...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus