10 November, mungkin baik dan menjadi kebarokahan bagi kita
untuk memaknai hari Pahlawan. Terinspirasi oleh status seorang fren di FB tentang peperangan, terpikir bahwa
memaknai “pahlawan’ jaman sekarang akan sedikit berbeda dengan masa sebelum
kemerdekaan. Dulu, perang terjadi secara fisik, musuhnya real, dan
perlawanannya juga dengan senjata dan strategi yang real. Sekarang, perang yang
terjadi adalah Ghozwul fikr, perang
pemikiran. Mulai dari pola makan orang barat dengan orang timur, cara
berpakaian, hingga gaya hidup bahkan beragama. Tapi bukan itu yang ingin saya
tulis saat ini. Terserah gaya hidup dan pola makan seperti apa yang sekarang
Anda pegang. Itu prinsip, yang pasti, asal tidak bertentangan dengan syariat,
maka itulah yang terbaik.
Dalam tulisan ini, saya hanya ingin sedikit berargumen
tentang sosok “pahlawan” dalam hidup saya. Jika pahlawan Indonesia, pasti semua
sudah sangat mudah untuk mencarinya (cari aja di mbah google ^_^). Tapi,
sudahkah Anda menemukan sosok yang heroik dalam sepanjang hidup Anda? Mungkin pernah
menyelamatkan barang-barang berharga Anda, atau menyelamatkan hidup Anda? Ini yang
ingin saya share kepada Anda.
Bagi kebanyakan orang, pahlawan akan selalu berarti sesorang
yang memberi kebermanfaatan untuk Anda..(so, banyak banget pahlawan ya..
termasuk mbok2 yang keliling jualan sarapan pagi itu.. ^^). Tapi bagi saya,
sosok heroik yang sejauh ini hinggap dalam hati saya adalah... BAPAK. Ya..
mungkin banyak yang berpikiran sama, tapi itu juga tidak penting untuk dibahas
disini..hehe..(apatis.com). BAPAk disini adalah yang memberi begitu banyak
kebermanfaatan untuk saya. Dari saya lahir, membelikan ini dan itu, hingga saya
dewasa tau bahkan ketika mennjelang “hari berarti” bagi saya ketika seseorang
hendak “mengambil” saya darinya, maka BAPAK masih memberikan kebermanfaatan
yang melimpah. Mungkin tak sedikit juga yang merasa memiliki BAPAK yang tidak
begitu berarti.. tapi bagi saya, BAPAK adalah pahlawan dalam hidup saya dan
memberi saya modal untuk menghadapi kematian kelak. So.. hal terpenting adalah,
BAPAK pula yang telah memperkenalkan
saya pada Islam sedari saya lahir (katanya si ada adzan dan iqomah di telinga
saya). Oopss... Bagaimana dengan IBU? Maaf, untuk itu, akan berbeda pembahasan
^^ (tunggu saja tanggal terbitnya).
Oke, kembali ke sosok BAPAK yang heroik bagi saya. Hidup ini
tak terlepas dari Cinta dan kasih sayang. Termasuk dalam perjuangan hidup
setiap orang. Adakah yang tidak pernah menebar atau bahkan merasakan cinta?? Maka
ada yang perlu Anda perbaiki dalam mindset hidup Anda! Saya berani
menjaminnya.. Hidup pada prinsipnya mencari kebarokahan, dan itu akan dapat
kita raih melalui cinta.. Allah saja Maha Pengasih...
Kembali ke tema.... pahlawan, ya, BAPAK adalah sosok heroik
bagi saya.. Pahlawan cinta atau apapun Anda menamainya, yang pasti BAPAK
menghantarkan saya untuk belajar hidup. BAPAK hanya menghantarkan, selanjutnya
saya sendiri yang harus menemukan ilmunya. Statement ini saya rasa sangat cocok
untuk Anda yang merasa BAPAK Anda biasa-biasa saja. Seperti apapun BAPAK Anda,
maka ia adalah guru bagi kita. Baik atau tidak, maka ia menghantarkan pada kita
untuk mengetahui “Baik” dan ‘tidak baik”. Yach.... begitu banyak cara mengungkap rasa
cinta dan kasih sayang. Kebanyakan dengan tersenyum, memeluk, mencium atau meamnjakan
untuk mengungkapkannya. Tapi cinta BAPAk, saya rasa unik. Dengan latar belakang
BAPAK yang saya lihat merasakan betapa
kerasnya hidup, seumur hidup, mungkin baru satu kali saya mendengar kata “BAPAK
cinta kamu, kamu cinta ga sama Bapak?”. Itu pun ketika umur saya masih di bawah
15 tahun yang belum mengenal prinsip dari cinta (mau membayangkan ekspresi saya
dulu seperti apa...?). Tapi, saat ini, 6 hari menjelang usia saya 23 tahun
(oopss... sudah berumur ternyata), saya demikian sadar begitu banyak
kebermanfaatan yang diberikan BAPAK saya. BAPAK tidak pernah melarang atau
memerintah saya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, yang dulu sempat
membuat saya iri pada teman-teman yang serba dilarang atau serba diberi saran
oleh BAPAK mereka dalam mengambil keputusan. Setiap kali saya meminta pendapat
untuk sesuatu, BAPAK tidak pernah menjawab melainkan “karepmu, kwe bisa
menentukan dhewe sg apik go kwe” “Terserah
kamu, kamu bisa menentukan sendiri yang tebraik buatmu” Bagi Anda yang
justru merasa iri dengan kebebasan saya dalam memilih, maka memang Anda HARUS
iri pada saya!
Yach, ternyata, rasa iri yang dulu sempat sayarasakan itu
salah besar! Sangat besar! Tentu saja. Karena ternyata, kebebasan itu demikian
banyak maknanya bahkan akan tidak cukup beratus-ratus lembar untuk menjelaskan
maknanya. (Tapi disini, saya akan membuatnya cukup). Tentu, makna pertama,
adalah KEPERCAYAAN. BAPAK demikian percaya pada saya bahwa saya tahu yang baik. Setidaknya itu terbukti,
sampai detik ini sya masih berpredikat baik minimal bagi keluarga saya.. ^^
Makna kedua, adalah PEMBELAJARAN. Surely, BAPAK memberikan
pembelajaran pada saya dengan bebas memilih dan menilai mana yang harus saya
pilih dan mana yang harus saya tolak.
Makna ketiga, adalah PERJUANGAN. Dengan kebebasan ini, BAPAK
mengajarkan pada saya bahwa setiap pilihan yang saya ambil, harus
diperjuangkan, karena memang saya yang memilih. Tidak mungkin sesuatu yang
sudah saya pilih justru saya lempar pada orang lain kan.
Makna Keempat, TANGGUNG JAWAB. Dengan pilihan yang saya
ambil, maka saya menemukan konsekuensi-konsekuensi yang harus saya hadapi da n
saya selesaikan.
Makna keempat, TRUTH, kenyataan, reality. Ya! BAPAK
menunjukkan secara tidak langsung tentang kenyataan hidup yang terus saya temui
hingga detik ini. Tentang hidup yang keras, tentang hidup yang pantas untuk
diperjuangkan, dan tentang Islam.
Masih banyak makna lain yang tidak sanggup saya tuliskan
disini (capek ngetiknya...), tapi satu yang paling penting bagi saya, BAPAK
mengantarkan saya dengan TIDAK LANGSUNG untuk menemukan jalan hidup..way of
live.. ISLAM! Saya menemukan bahwa hidup memang harus diperjuangkan,
sebagaimana dalam Q.S. Ar-Ro’du: 11, “Innallaha la yughoyyiru biqoumin, hatta
yughoyyiru bi anfusihim”. Ya, Allah tentu tidak langsung mengubah hidup saya,
Allah ingin melihat ikhtiar saya dalam setiap yang saya inginkan. BAPAK juga
membuat saya menemukan bahwa Islam menginginkan saya YAKIN, karena Allah tidak
akan memberi ujian hidup pada saya melebihi “kapasitas” yang saya miliki, La
yukallifullahu nafsan illa wus’aha. Sekali lagi, BAPAK pun membuat saya
menemukan ilmu bahwa kita harus berSABAR, karena akan ada kemudahan setelah
kesulitan , Inna ma’al usri yusro, FA INNAL MA’AL USRI YUSRO! Masih banyak lagi
yang BAPAK tunjukkan tanpa mendampingi saya secara fulltime. Maka, bagaimana mungkin saya tidak menyebut beliau
sebagai PAHLAWAN. Meski saya mungkin belum menjadi orang yang dikenal dunia,
tapi minimal, saat ini saya sudah mengenal dunia, dan BAPAK yang
memperkenalkannya secara tidak langsung... Exactly, masih banyak ilmu dunia
lainnya yang belum saya sadari, masih banyak bukti cinta Allah mengirimkan bapak
seperti BAPAK kepada saya dengan segenap rasa cinta. Saya masih butuh banyak
pencerahan untuk bisa menggenggam dunia, hingga suatu saat, bukan hanya saya
yang mengenal dunia, tetapi dunia mengenal saya.
I DO LOVE YOU....BAPAK!(statement ini tidak cukup untuk membalas cintamu...BAPAK)

I DO LOVE YOU....BAPAK!(statement ini tidak cukup untuk membalas cintamu...BAPAK)

Bagaimana dengan BAPAK Anda? Sudahkah Anda menemukan cinta
dari cara BAPAK Anda mendidik Anda?
Semoga Bermanfaat
Selamat hari pahlawan, dan semangat memaknai setiap pahlawan
dalam hidup Anda!
HIDUP MULIA MATI SYAHID!
Terima Kasih Untukmu yang Mengukir Senyum BAPAK... (soon..)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Left message here...