Senin, 14 November 2011

MEMBENTUK RUMAH TANGGA ISLAMI


Dalam hiruk pikuk SEA Games 2011 ini, melihat peserta yang demikian besar semangat demi negara tercinta, serta even pemilihan DAI Muda d salah satu stasiun TV, saya sempat terfikir bagaima tercetak muda mudi yang demikian luar biasa, di tengah banyaknya kasus-kasus kriminal oleh kaum muda juga. Darimana mereka dapatkan kemauan untuk berprestasi, darimana mereka peroleh semangat untuk maju dan memajukan? Hmm..saya jadi teringat ungkapan bahwa "rumah adalah pendidikan pertama anak" (agak mekso ya?harusnya Ibu tempat pendidikan pertama anak ^^ ga beda jauh lah). pastilah background pendidikan mereka di rumah minimal berpredikat "Baik". Akhirnya, saya terfikir untuk membuat tulisan tentang "keluarga". (Hmm....bukan karena saya yang ingin segera berkeluarga..hehe).
Baik atau tidaknya sebuah keluarga, saya rasa dan saya yakin cukup berpengaruh kepada bagaimana anak menjalankan perannya dalam masyarakat. Baik tidaknya keluarga, saya rasa dan saya yakin (lagi), pastilah berawal dari "permulaan" yang baik, minimal dari niat orang tua dahulu membentuk rumah tangga.
Nah, mau tidak mau, kita sekarang perlu juga menilai bagaimana awalnya rumah tangga harus dibangun. Sebagai manusia yang memang sudah memiliki fitrah menyukai keindahan dan kedamaian (kecuali yang tidak Allah turunkan cinta atasnya), tentunya menjadi impian setiap orang untuk mampu membentuk rumah tangga yang islami. Namun, tidak semua mengetahui dan memahami apa makna yang terkandung dalam sebuah rumah tangga Islami.
Dalam sebuah rumah tangga Islmi, terdapat beberapa hal mendasar yang menjadi ’bumbu pemanis’. Diantaranya yaitu kecintaan yang kemudian menumbuhkan romantisme dalam rumah tangga. Hal ini yang membentuk sebuah keharmonisan dan mendorong terciptanya ketenangan dalam rumah tangga.
Sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Quran Surat Ar-Rum ayat 21 sebagai berikut.
”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-NYA adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-NYA diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Maka, sudah menjadi ketentuan Allah bahwa dalam rumah tangga yang Islami akan tercipta pula ketenteraman di dalamnya.
Namun, membangun rumah tangga Islami tentunya tidak dengan cara yang mudah, tetapi tidak pula berat untuk memulainya. Ada beberapa syarat untuk dapat membangun sebuah rumah tangga Islami.
  1. Niat
Niat yang ditumbuhkan yaitu untuk membangun ketaatan kepada Allah dan membangun keikhlasan atas ketentuan-NYA. Keikhlasan ini kembali pada niat yaiut diniatkan kepada Allah. Setiap hal ditempatkan pada tempat yang benar dan tepat, baik orang maupun waktu (masa).
Berkaitan dengan niat ini, Aisyah pun meriwayatkan dari Rosulullah berkata bahwa tidak ada hijrah setelah Fathhul Makkah, tetapi ada jihad dan NIAT. (mungkin ada yang tahu hadits lengkapnya?)
Lalu, apa sebenarnya makna sebuah keikhlasan??
Betapa agung makna yang terkandung dibalik keikhlasan. Ketenangan, keistiqomahan, dan dari kekikhlasan pula kita membangun pribadi yang tawadhu. Maka, jangan beranikan untuk menikah jika belum memiliki keikhlasan!! (penegasan dari ustadz Soleh).
Hmm... demikian dalamnya arti keikhlasan. Ya, sepertinya ini juga yang pernah disinggung dalam film ”kiamat sudah dekat”. Masih ingat bukan, ketika keikhlasan menjadi kunci penentu jadi tidaknya tokoh di film itu menikah.

2. Cinta
Letakkan cinta yang Allah berikan hanya untuk Allah. Rasa kasih sayang yang diberikan pada sesama muslim pun haruslah berlandaskan cinta kepada Allah.
Cinta akan menjadi manis ketika dilandasi keimanan kepada Allah. Sedangkan parameter manusia telah merasakan manisnya keimanan yaitu ketika hidup terasa tenang, dan tidak ada rasa iri.
Terdapat 3 perkara yang mendatangkan manisnya keimanan.
  1. Mencintai Allah dan Rosul-NYA melebihi kecintaan kepada yang lain.
  2. Mencintai seseorang karena Allah.  Ia adalah salah satu orang yang mendapat naungan ketika tidak ada naungan selain selain naungan Allah.
  3. Membenci tindakan kekafiran, kembali kepada kemaksiatan, sebagaimana ia membenci neraka.

Tidak dapat dipungikiri, bahwa terkadang, kita menetapkan kriteria untuk calon kita. Hal ini tentunya tidak dilarang, tetapi, alangkah baiknya kita lihat pula diri kita. Seperti apa kita, Allah akan berikan yang sesuai dan tepat. Maka, ketika kita menginginkan si Fulan atau si Fulanah menjadi suami atau istri, jangan berdoa ”jadikan ia istri/suamiku”. Ungkapan ini seperti ungkapan perintah. Tetapi alangkah baiknya, jika kita berusaha menjadi yang terbaik, ya, walaupun pasangan itu pun saling melengkapi kekurangan dan kelebihan.beberapa dari kita, termasuk saya, mungkin memang tidak meminta seorang yang sempurna, tetapi kita ingin seseorang yang ia pun membutuhkan kita untuk menjadi lebih baik. Selanjutnya serahkan semuanya kepada Allah, karena hanya Dia yang Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-NYA.

So, dari permulaan yang baik ini, berharap akan terbentuk rumah tangga-rumah tangga yang tegak di Atas Landasan Ibadah, dengan nilai-nilai Islam dapat terinternalisasi secara Kaffah, qudwah yang nyata, memposisikan masing-masing anggota keluarga sesuai syariat dengan kebiasaan Ta’awun dalam menegakkan adab-adab Islam, rumah terkondisikan bagi terlaksananya Peraturan Islam, tercukupinya Kebutuhan Materi secara wajar, Rumah Tanggga dihindarkan dari hal-hal yang tidak desuai dengan demangat Islam, hingga anggota keluarga terlibat Aktif dalam Pembinaan Masyarakat, dan Rumah Tangga terjaga dari Pengaruh Lingkungan yang Buruk. Dari karakter-karakter inilah diharapkan akan tumbuh dan berkembang generasi-generasi muda yang penuh loyalitas, dedikasi, dan bersemangat tinggi untuk turut menegakkan syariat Islam demi negara yang bermartabat.

Wallahu a'lam.

NB:
(Beberapa diambil dari Catatan Tatsqif 4 Desember 2009. bersama Ust. Solahudin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Left message here...