Senin, 22 Juli 2013

KERJA VS WAKTU



“Wal’ashr. Innal insaana lafii husrin, illalladziina ‘amanuu wa ‘amilusshoolihaati
wa tawasoubilhaq, wa tawaa shoubisshobr.”
“Demi waktu. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. kecuali yang beriman dan beramal solih, dan saling menolong dalam kebaikan dan kesabaran” (Q.S. Al Ashr 1-3)


Dua pekan tak bersua murobby tercinta, ketemu-ketemu malah menyinggung surat favorit, Al-‘ashr, Bbeuih!!! sudah pasti buku halaqoh  langsung tancap, pulpen siap menari, mata telinga siap disetel konsentrasi maksimal. ^_^
Cukup merugi si, satu pekan kemarin tak menghadiri lingkaran ini sehingga 12 poin awal bertemakan Cinta, Kerja, Harmoni terlewat, syukurnya masih bisa nyontek temen… ^_^
Dua poin yang hari ini dibahas adalah poin ke-13 tenteng Kerja VS Waktu dan poin ke-14 tentang Etos Kerja Profesional. Berhubung sekarang lagi momennya banyak yang ngarepin gaji ke-13, kali ini kita bahas poin ke-13 aja dulu ya… (apa hubungannya yak…? hehe…)
Sahabat, pertama-tama, saya ingin menyinggung kenapa di awal dikutip surah Al’ashr? Usut punya usut-karna saya juga ga menyangka- maknanya bisa sedemikian dalam. Betapa kita merasa bahwa waktu yang kita miliki tak sebanyak pekerjaan yang dibebankan kepada kita. Betapa kita merasa, waktu begitu sempit, apalagi di bulan ramadhan dengan kuantitas ibadah yang pastinya meningkat memerlukan waktu yang lebih panjang. Namun, jika saja kita mampu memaknai surah ini, insyAllah, beban tak akan lagi kita rasakan, biidznillah.
Beberapa makna yang dapat kita ambil antara lain sebagai berikut.
1.      Orang beriman, akan bekerja dengan menjadikan pekerjaannya sebagai:
1.1.peluang mendekatkan diri kepada Allah
1.2.meningkatkan kualitas diri
1.3.tangga memperoleh cinta
1.4.amanah dari Allah, bukan dari manusia.
2.      Orang beriman yakin bahwa Allah mendistribusikan kerja sesuai kemampuan tiap orang. Hmm.. inget ayat “Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha”-“Sesungguhnya Allah tidak akan menguji seseorag diluar kemampuannya”? Makna ini searti dengannya. Jadi, percaya deh, setiap pekerjaan, ntah yang kita minta atau yang diberikan ke kita, adalah amanah dari Allah yang pastinya sudah disetarakan dengan kemampuan kita. (Kalo kita mampunya bawa motor, ya dikasih motor aja dulu buat jadi tukang ojek, klo dah mampu nyetir pesawat terbang, paling juga dikasih pesawat biar jadi tukang pilot.. hehe…)
3.      Bekerja mengandung 3 jenis kewajiban
3.1.Kewajiban kepada Allah à bahwa kita bekerja untuk meraih ridlo Allah (inget lagu.. “Allah.. Ghoyatunna…”)
3.2.Kewajiban pada diri kita sendiri
3.3.Kewajiban kepada sesama, tentunya sebagai kunci untuk menata kehidupan yang harmoni.
Alangkah indahnya, jika pekerjaan mampu kita lakukan dengan sepenuh hati, agar menjadi “PRIBADI YANG UNGGUL di MATA ALLAH”
Hmm…. saya langsung teringat dilemma beberapa waktu belakangan terkait pekerjaan yang saat ini menjadi jalan ma’isyah saya. Mungkin juga dalam pekerjaan lain, pasti rekan kerja akan saling “unjuk gigi” terutama pada atasan, bahwa kerjaannya adalah terbaik, de el el.
Sekedar pengetahuan untuk sahabat, bahwa dalam pekerjaan seorang perawat, banyak sekali tuntutan professional untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sebagaimana kejadian yang menimpa saya beberapa waktu lalu. Saya menolak dikatakan bersalah karena saya memang tidak merasa bersalah, atas syring pump (sebuah alat untuk memberikan obat secara kontinu dengan dosis tertentu) yang jatuh dari meja. Bersyukur, pasien tak cedera. Hanya, kerugian mencapai ratusan ribu karena kerusakan alat tersebut. Tanpa bermaksud tak bertanggung jawab, saya ceritakan kronologi bahwa bukan saya  yang lalai dalam kesalahan penempatan alat, hanya saja saya “apes” karna alat jatuh pas saya BARRU saja beberapa menit memulai shift…
Pada dasarnya, cerita ini bukan mengandung maksud, melainkan, adalah salah satu dari sekian pelajaran yang saya dapat bahwa kita semestinya  melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya. Pun tak ada yang melihat profesionalisme dan perfeksionisme hasil pekerjaan kita, saya rasa tak perlu mengumbar-umbarnya, karena poin terpenting adalah.. MENJADI PRIBADI UNGGUL DI MATA ALLAH, dengan bekerja sebagaimana mestinya. Semoga kita terhindar dari kelalaian dalam hal apapun apalagi membahayakan orang lain…
4.      Kita berperan untuk melaksanakan kerja sebelum kesempatan menghilang. Sebagaimana ayat pertama di surah yang tertulis di awal, “Wal’ashr”, Demi waktu, ketika WAKTU masih di tangan, ia adalah “kesempatan” yang belum tentu masih ada di lain waktu. Jangan menunda sampai besok apa yang bisa kamu lakukan hari ini . (Bahasa inggrisnya apa ya? biasa ada di footnote buku SD jaman dulu…) Bbbeuuhh… ini benar-benar harus ditanamkan pada professional perawat, jangan sampai menunda pekerjaan, apalagi menunda ngasih obat nunggu ntar jam waktu mau pulang… hehe… (Saya nggak gitu ko…)
Ingat dengan ayat “Fa idza faroghta fanshob”…? Maka apabila kamu telah selesai satu urusan (dunia) maka bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah). Sahabat, ternyata peristiwa dalam kehidupan, tak jauh dari kalam Allah ya…. Semoga kita termasuk ulul albab yang dijanjikan dalam keberuntungan.
5.      Mengelola emosi. Sebagaimana yang diajarkan Rosulullah, dalam pekerjaan yang tidak jarang kita dituntut berlari mengejar –atau dikejar?- waktu, kita dituntut pula untuk mengelola emosi. Ehm, untuk kedua kalinya, halaqoh momen kali ini menegur saya yang beberapa hari lalu terbawa emosi dalam menghadapi pasien-pasien saya yang cukup “unik” (cerita nya nanti di poin ke-13 aja ya….).  Alhamdulillah.. syukur sekali lagi Allah menyempatkan usia saya sampai hari ini untuk menemukan hikmah kehidupan. ^_^

Alhamdulillah, poin ke-13 dari jargon “CINTA KERJA HARMONI” usai juga. Semoga bermanfaat… Euit, masih ada poin 14, (kali aja dapet gaji ke-14), tentang ETOS KERJA PROFESIONAL, sangat penting dibaca para peniti karir, terutama pemula karir.
Berhubung berada dalam keterbatasan untuk beribadah, mohon doanya semoga berbagi ilmu ini bisa mengisi pundi-pundi pahala kebaikan di bulan mulia ini…
13rd Ramadhan Mubarok.. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Left message here...