“Wal’ashr.
Innal insaana lafii husrin, illalladziina ‘amanuu wa ‘amilusshoolihaati
wa
tawasoubilhaq, wa tawaa shoubisshobr.”
“Demi waktu.
Sesungguhnya manusia dalam kerugian. kecuali yang beriman dan beramal solih,
dan saling menolong dalam kebaikan dan kesabaran” (Q.S. Al Ashr 1-3)
Dua
pekan tak bersua murobby tercinta, ketemu-ketemu malah menyinggung surat
favorit, Al-‘ashr, Bbeuih!!! sudah pasti buku halaqoh langsung tancap, pulpen siap menari, mata
telinga siap disetel konsentrasi maksimal. ^_^
Cukup
merugi si, satu pekan kemarin tak menghadiri lingkaran ini sehingga 12 poin
awal bertemakan Cinta, Kerja, Harmoni terlewat, syukurnya masih bisa nyontek temen…
^_^
Dua
poin yang hari ini dibahas adalah poin ke-13 tenteng Kerja VS Waktu dan poin ke-14 tentang Etos Kerja Profesional. Berhubung sekarang lagi momennya banyak
yang ngarepin gaji ke-13, kali ini kita bahas poin ke-13 aja dulu ya… (apa hubungannya yak…? hehe…)
Sahabat,
pertama-tama, saya ingin menyinggung kenapa di awal dikutip surah Al’ashr? Usut
punya usut-karna saya juga ga menyangka- maknanya bisa sedemikian dalam. Betapa
kita merasa bahwa waktu yang kita miliki tak sebanyak pekerjaan yang dibebankan
kepada kita. Betapa kita merasa, waktu begitu sempit, apalagi di bulan ramadhan
dengan kuantitas ibadah yang pastinya meningkat memerlukan waktu yang lebih
panjang. Namun, jika saja kita mampu memaknai surah ini, insyAllah, beban tak
akan lagi kita rasakan, biidznillah.
Beberapa
makna yang dapat kita ambil antara lain sebagai berikut.
1. Orang
beriman, akan bekerja dengan menjadikan pekerjaannya sebagai:
1.1.peluang mendekatkan
diri kepada Allah
1.2.meningkatkan
kualitas diri
1.3.tangga
memperoleh cinta
1.4.amanah dari
Allah, bukan dari manusia.
2. Orang
beriman yakin bahwa Allah mendistribusikan kerja sesuai kemampuan tiap orang.
Hmm.. inget ayat “Laa yukallifullahu
nafsan illa wus’aha”-“Sesungguhnya
Allah tidak akan menguji seseorag diluar kemampuannya”? Makna ini searti
dengannya. Jadi, percaya deh, setiap pekerjaan, ntah yang kita minta atau yang
diberikan ke kita, adalah amanah dari Allah yang pastinya sudah disetarakan
dengan kemampuan kita. (Kalo kita
mampunya bawa motor, ya dikasih motor aja dulu buat jadi tukang ojek, klo dah
mampu nyetir pesawat terbang, paling juga dikasih pesawat biar jadi tukang
pilot.. hehe…)
3. Bekerja
mengandung 3 jenis kewajiban
3.1.Kewajiban
kepada Allah à bahwa kita bekerja untuk meraih ridlo Allah
(inget lagu.. “Allah.. Ghoyatunna…”)
3.2.Kewajiban
pada diri kita sendiri
3.3.Kewajiban
kepada sesama, tentunya sebagai kunci untuk menata kehidupan yang harmoni.
Alangkah
indahnya, jika pekerjaan mampu kita lakukan dengan sepenuh hati, agar menjadi “PRIBADI
YANG UNGGUL di MATA ALLAH”
Hmm….
saya langsung teringat dilemma beberapa waktu belakangan terkait pekerjaan yang
saat ini menjadi jalan ma’isyah saya. Mungkin juga dalam pekerjaan lain, pasti
rekan kerja akan saling “unjuk gigi” terutama pada atasan, bahwa kerjaannya
adalah terbaik, de el el.
Sekedar
pengetahuan untuk sahabat, bahwa dalam pekerjaan seorang perawat, banyak sekali
tuntutan professional untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sebagaimana
kejadian yang menimpa saya beberapa waktu lalu. Saya menolak dikatakan bersalah
karena saya memang tidak merasa bersalah, atas syring pump (sebuah alat untuk memberikan obat secara kontinu
dengan dosis tertentu) yang jatuh dari meja. Bersyukur, pasien tak cedera.
Hanya, kerugian mencapai ratusan ribu karena kerusakan alat tersebut. Tanpa
bermaksud tak bertanggung jawab, saya ceritakan kronologi bahwa bukan saya yang lalai dalam kesalahan penempatan alat,
hanya saja saya “apes” karna alat jatuh pas saya BARRU saja beberapa menit
memulai shift…
Pada
dasarnya, cerita ini bukan mengandung maksud, melainkan, adalah salah satu dari
sekian pelajaran yang saya dapat bahwa kita semestinya melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya. Pun
tak ada yang melihat profesionalisme dan perfeksionisme hasil pekerjaan kita,
saya rasa tak perlu mengumbar-umbarnya, karena poin terpenting adalah.. MENJADI
PRIBADI UNGGUL DI MATA ALLAH, dengan bekerja sebagaimana mestinya. Semoga kita
terhindar dari kelalaian dalam hal apapun apalagi membahayakan orang lain…
4. Kita
berperan untuk melaksanakan kerja sebelum kesempatan menghilang. Sebagaimana ayat
pertama di surah yang tertulis di awal, “Wal’ashr”,
Demi waktu, ketika WAKTU masih di
tangan, ia adalah “kesempatan” yang belum tentu masih ada di lain waktu. Jangan
menunda sampai besok apa yang bisa kamu lakukan hari ini . (Bahasa inggrisnya apa ya? biasa ada di footnote
buku SD jaman dulu…) Bbbeuuhh… ini benar-benar harus ditanamkan pada professional
perawat, jangan sampai menunda pekerjaan, apalagi menunda ngasih obat nunggu
ntar jam waktu mau pulang… hehe… (Saya
nggak gitu ko…)
Ingat dengan ayat “Fa idza
faroghta fanshob”…? Maka apabila kamu
telah selesai satu urusan (dunia) maka bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah).
Sahabat, ternyata peristiwa dalam kehidupan, tak jauh dari kalam Allah ya…. Semoga kita termasuk ulul albab yang
dijanjikan dalam keberuntungan.
5. Mengelola
emosi. Sebagaimana yang diajarkan Rosulullah, dalam pekerjaan yang tidak jarang
kita dituntut berlari mengejar –atau dikejar?-
waktu, kita dituntut pula untuk mengelola emosi. Ehm, untuk kedua kalinya,
halaqoh momen kali ini menegur saya yang beberapa hari lalu terbawa emosi dalam
menghadapi pasien-pasien saya yang cukup “unik” (cerita nya nanti di poin ke-13 aja ya….). Alhamdulillah.. syukur sekali lagi Allah
menyempatkan usia saya sampai hari ini untuk menemukan hikmah kehidupan. ^_^
Alhamdulillah,
poin ke-13 dari jargon “CINTA KERJA HARMONI” usai juga. Semoga bermanfaat…
Euit, masih ada poin 14, (kali aja dapet
gaji ke-14), tentang ETOS KERJA PROFESIONAL, sangat penting dibaca para
peniti karir, terutama pemula karir.
Berhubung
berada dalam keterbatasan untuk beribadah, mohon doanya semoga berbagi ilmu ini
bisa mengisi pundi-pundi pahala kebaikan di bulan mulia ini…
13rd
Ramadhan Mubarok.. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Left message here...