Rabu, 19 Desember 2012

Bersalah karena "Cinta"



Hei…
Siapa bilang Jatuh cinta itu salah?
Rasa tak pernah salah
Tapi dia akan menjadi kesalahan, saat sikap tak bisa memegang kendalinya…
Dan disitulah hati menjadi penentu.
Kemana mata angin mengarah…
kemana musim bergeser.
Jangan pernah merasa bersalah atas rasa yang kau miliki
Melainkan…Bersyukurlah…
Bersyukurlah dengan menjaga kesucian “rasa”mu


Sepenggal statemen ini saya tulis bukan lantaran saya dalam kegalauan.. (ciyuss lho, saya ga galau!!), tetapi lantaran seorang saudari yang merasa bersalah atas rasa yang tiba-tiba muncul tanpa ia panggil.. Hmm… wait, mungkin sempat dipanggil…..dipanggil oleh perhatian dan doa. Dan saya rasa, ini tak terjadi hanya pada saudariku, tapi juga saudari yang lain. Jika saudariku membaca ini, semoga tidak menjadi mudharat untuknya (dan untuk saya juga).

Saya akui, saya bukan seorang yang faham betul soal bagaimana Islam “menjaga” kesucian. Saya terlalu naïf untuk berkata bahwa saya jauh dari hal-hal romantisme. Justru, bagi saya, semakin dekat dengan-Nya (setidaknya “dekat” dalam penafsran saya… ^_^ ), semakin dekatlah saya pada kisah-kisah romantisme yang seringkali menimbulkan “perang batin”. Setidaknya, itu yang saya rasakan setelah hampir 5 tahun ini mengenal “tarbiyah”. Tapi, saya juga bukan seorang “pejuang cinta” yang faham betul bagaimana semestinya cinta diperjuangkan.

Bagi sebagian orang, sebagian besar mungkin, jatuh cinta itu bukan sesuatu yang rumit. Dua orang lelaki dan perempuan saling tahu, saling mengenal, saling memberi perhatian, saling berbagi suka duka, kemudian saling memendam rasa, dan akhirnya muncullah si “cinta”. Akhirnya keduaya saling mengungkapkan, saling mengiyakan, dan mungkin berujung pada ikatan suci, atau malah sebaliknya setelah kebosanan hubungan dirasakan. (bahkan fenomena sekarang, berakhirnya hubungan yang mengatasnamaka “cinta” itu justru saat sudah melewati “perjanjian suci” bernama ijab qobul.. “Cinta” yang diagung-agungkan sebelumnya ternyata hanya bertahan 2 bulan, 1 bulan, 2 pekan, 4 hari, atau bahkan dalam hitungan jam? ckckck)

Tapi… bagi sebagian yang lain, mungkin sama banyak dengan bagian sebelumnya, jatuh cinta itu menjadi sesuatu yang rumit, bahkan mungkin sangat rumit (terlalu banyak kemungkinan).

Coba fikir, (eh, cukup bayangkan saja), saat rasa yang muncul justru menjadi “tali kendali” untukmu harus menjauh dari orang yang hatimu jatuh padanya, saat rasa yang muncul justru membuatmu harus diikat pada hal-hal yang bisa jadi mengharuskanmu memutar balik setir ke arah berlawanan. Atau justru, rasa itu membuatmu harus merasakan “pahit”nya cercaan dari beberapa pihak. Hei…. Tak ada yang tak mungkin. Itulah uniknya rasa yang bernama “cinta”. Saat tiada, ia dikejar hingga seringkali menciptakan rasa sakit. Tapi saat ia muncul… pyurr…. Seperti nyemplung di kubangan yang membuatmu harus memilih untuk menenggelamkan diri agar tidak malu atau muncul dengan pasang wajah tak  bersalah. Itulah “Cinta”. Memang ia "rasa" yang unik. Sekali lagi, ia adalah rasa yang unik. Ia bisa menjadi penolongmu saat menghadap Sang Khalik, atau sebaliknya, ia yang akan mendorongmu ke salah satu sisi saat di tepian jurang antara Keindahan dan Siksaan yang kekal.
Saudariku, jika boleh berpendapat-jika saya punya hak berpendapat-, cinta itu selalu indah. S.E.L.A.L.U. Hati selalu membuatnya indah. Hanya....sikap dan nafsu yang seringkali merusak keindahannya. Saat ada sebuah cara yang penuh hormat dan kesucian, tetapi harus “mengorbankan” beberapa cita duniawimu, maka saat itulah keindahannya kau pertaruhkan. Saat ada "pertemuan" yang lebih elegan, tetapi harus “mempertaruhkan” harga diri, maka saat itulah keindahanya kau pertaruhkan. Sama seperti hidup yang full of choice, seperti itu pula hati dan apa yang dirasa hati.
Saudariku, sekali lagi saya pertegas, bahwa rasa yang tengah kau miliki itu tak pernah salah. Tidak akan pernah ada kata salah untuknya!
Pun jika itu membuat layar bahtera hidupmu harus diputar arah, maka itulah tantangan untukmu. Pun jika itu mengubah senyum orang-orang di sekelilingmu menjadi cibiran, maka itulah konsekuensi untuk rasamu. Jika kau yakin rasa itu “patut” untuk diperjuangkan, maka saya berani sarankan, perjuangkan ia!! Ya… KEYAKINAN. Hanya kata ini yang perlu kau mantapkan. Yakinkah diri dan hatimu untuk memperjuangkannya. Bukan memperjuangkan untuk memenuhi segala yang diinginkan rasa, tapi memperjuangkan untuk memenuhi rasa dengan kesucian hati. 

Karna di atas segala rasa, masih ada IMAN yang menempati hati.
Saudariku, kita adalah makhluk "berharga". Mahasuci Allah yang menciptakan Islam dengan berbagai aturan yang meninggikan derajat kita para wanita terutama muslimah. Maka atas nama harga diri, jangan biarkan hanya seorang kau yang memperjuangkan apa yang memang dalam pandangmu patut diperjuangkan.
Hei…. Kita ini “barang” mewah. Jadikan diri kita seindah mutiara, hingga seseorang akan menempa dirinya untuk kemudian bernapas lega saat kau telah dibelinya. Jadikan diri kita semewah berlian, hingga seseorang akan bekerja keras untuk kemudian tersenyum bangga saat kita sudah ia miliki. Menjadi intan mutiara, lebih baik ketimbang sekedar menjadi kalung mainan di pinggir jalan bukan? Keduanya menghidupi penjual, tetapi dengan “nilai” yang berbeda. Seperti apa kau ingin dinilai, it’s your decision sista….
Saudariku, tulisan ini tak bermaksud sebuah omong kosong. Masih banyak yang ingin saya tuang, tapi mungkin hanya akan mendapat nilai “kosong” jika saya tulis sekarang. Tunggulah hingga saatnya tiba, saya kuasa tuliskan kisah yang mengakhirkan sebuah penantian pada sebuah kesucian “rasa” bernama CINTA.(ciee.....)
Mari saling mendoa, agar Allah menjaga kita dengan sepenuh “penjagaan” hingga tiba waktunya menjadi keindahan untuk kita, untuk orang yang kita cintai, untuk orang yang mencintai kita, dan untuk orang yang saling mendoa atas nama cinta karena Allah.
 

Allah bersama kesucian hati dan jiwa…

^_^

Rasa ini selalu Indah pada prinsipnya.. dan Hati yang suci akan senantiasa memperindahnya…

Bumi Cinta
18 Desember 2012
22:12

4 komentar:

  1. cinta memang tak da basinya tuk d bahas..
    beragam pula argumen tiap individunya depend on "background" nya..
    ... btw tulisan km lumayan bgus, nambah ilmu gmn menyikapi rasa cinta,
    walo sya jg bingung..
    yg jd pertanyaan..
    cinta tu seperti apa?
    apa ada cinta sebelum ijab qobul?
    apa lebih tepatnya rasa suka atau rasa ketertarikan pd lawan jenis, ntah krn rupa fisik, kepintaranya, ilmunya dsb..
    mohon d jwb.
    terima kasih banyk pencerahanya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebelumnya, terima kasih atas kunjungannya di blog saya....
      pertanyaan "apa ada cinta sebelum ijab qobul?" bisa saya balik?
      "mungkinkah tidak ada cinta setelah ijab qobul?"
      saya rasa, ini akan menjawab pertanyaan pertama, apa itu cinta, karena ia sesuatu yang relatif untuk didefinisikan.
      Cinta, itu tentang rasa. tidak ada yang sanggup menjelaskannya dengan "cetho" karena ia ada di hati.
      Anda akan mendapatkan jawabnya sebagaimana Anda mencari makna hidup.
      yang pasti... "cinta" suci itu hanya bisa ditemukan oleh hati yang suci.
      this's argument...
      just confirm if u wanna... ^_^
      salam silaturahim

      Hapus
  2. hellow mbak yu? tolong tulisan muter2 di sekitar mouse dihilangkan...ya? mumet aq, tambah mumet lagi mbaca artikelmu, tpi bagus ko... hehehe lebih bagus lagi kursor mousenya standar aja ya? g usah aneh2, mumet aq

    BalasHapus
    Balasan
    1. sg nduwe yo pdo mumete owk weruh muter2e ki...masalahnya adalah, aku we lali settingane ng ndi. tak cobane golet.
      matur tengkyu masukane.. :-)
      ojo bosan2 mampir yo!

      Hapus

Left message here...