Tulisan ini saya dedikasikan
untuk Anda yang merasa bersalah karena “masih” mencari jatidiri dan untuk Anda
yang belum menemukan passion dalam diri Anda.
Saat orang berkata, passion adalah sesuatu yang ada dalam diri, mungkin kita perlu mulai berfikir bahwa passion bisa jadi sesuatu yang bisa kita ciptakan.
Berbicara
tentang passion, jika kau tanyakan apa passionku, sepertinya sampai saat ini
belum bisa aku jawab dengan mulus.
Teringat
saat aku mengerjakan sebuah proyek untuk paket homecare dari klinik holistic
rintisan PSIK UNDIP bersama dosen coordinator, seorang memberi jawaban yang
cukup membawa tanya saat aku tawarkan kerja sama. “Passion saya bukan di situ
mba”
Passion…
Bisa
dikatakan, hampir setiap orang yang cukup dekat denganku memiliki passion yang
bisa aku baca.
Mba
Nur isnaini dengan marketingnya,
Pak
Siswadi dengan bisnis nya
Mba
Ike Helena dan mba Danik dengan cardiac nursing
Ike
puspitaningrum dengan risetnya
Mba
sisca dengan fashion nya
Mas
pimen dengan training master mind dan tulisannya
Mba
norma dengan tulisannya
Bu
Meidiyanti dengan perawat jiwanya
Ana
dengan penelitiannya
Dan
masih banyak yang lain, meski banyak juga yang ber”nasib” sama denganku, belum
tahu dimana passionnya.
Aku…
Memang
bergelut di entrepreneur, tapi orang-orang yang “melek” tentang ini pasti bisa
menilai bahwa aku tidak (atau belum?) memiliki passion di sana. Ujung-ujung
visinya pasti keprofesian.
Namun,
dikata passion di profesi perawat pun, aku tidak sanggup mengiyakan, karena
ilmuku terbilang sangat cethek.
Bagaimana tidak? Seorang “mantan” siswa terbaik berturut-turut dari SD sampai
SMA, menjadi lulusan terbaik kedua dari bawah. Hehehe...(tapi setidaknya masih dibanggakan oleh beberapa proyek yang berhasil aku lewati yang tidk semua orang bisa melewatinya.. :-p )
Pun
kesenanganku menuliskan apa yang ada dalam hati menjadi sebuah kisah makna
hidup, belum bisa membawaku pada prestasi “melejit” sebagaimana para penulis
yang bisa menjadi bintang karena tulisannya. Sedang aku…. Tulisanku cukup aku
rasakan menjadi konsumsi pribadi.
Jika
kata para trainer ada tipe pemain dan penonton, meski aku tak mau disebut
menjadi tipe penonton, tapi aku ternilai demikian. Tidak bisa meljeit dengan
kemampuan sendiri. Entrepreneur, Perintis, adalah kapasitas-kapasitas eksternal
yang aku dapatkan, bukan sesuatu yang memang sudah aku miliki. Setidaknya, itu
menjadi modal untukku. Mungkin, aku bisa diibaratkan ayam yang mencoba untuk
terbang mengejar burung yang memang sudah memiliki kapasitas untuk itu.
Berdiskusi
tentang tipe orang dengan Mba Is, bahwa ia adalah tipe merah yang keras,
berambisi, dan serius dalam mewujudkan apa yang diinginnkan, berbeda denganku
yang katanya tipe biru. “ngalahan”, mudah terbawa perkataan negatif orang,
lembut (atau lembek?) sangat cocok untuk disalurkan di lembaga-lembaga sosial.
Setidaknya,
itu yang aku temukan dalam diriku.
Jika
boleh dikatakan ini adalah passion, maka memang passionku adalah berada di mana
saja dimana aku membawa manfaaat, sekalipun itu merugikanku. Hanya saja,
karakter dasar ini sudah “terkontaminasi” dnegan karakter-karakter merah
sehingga seringkali hati dibuat berperang sendiri saat merasa dirugikan. Antara
mau dan tidak mau selama masih ada unsur kebermanfaatan.
Sampai
detik ini, dunia entrepreneur yang aku geluti tidak bisa terlepas dengan visi
untuk berkontribusi dalam keprofesian perawat, tapi juga tak bisa terlepas dari
berbagai misi-misi sosial untuk “rahmatan lil ‘alamin”, kebermanfaatan untuk siapa
pun. Jika Pak Sis dan Mba Is menanamkan “kita tidak bisa melayani semua
pelanggan”, maka aku masih tetap dengan
prinsipku untuk bisa melayani siapapun. Jika rugi? Sampai detik ini, hatiku
masih yakin bahwa tidak ada kerugian dalam menebar manfaat, jika tidak di
dunia, maka laba itu akan aku petik di akhirat.
Dan
sampai detik ini juga, sejujurnya aku masih tidak mau menjadi lintang di Film
Laskar Pelangi yang harus mengorbankan dirinya dan mimpi baru bisa ia bangun
untuk anaknya. Aku ingin menjadi “subjek” dalam terwujudnya mimpiku.
Menginjakkan kaki di tanah Deutsch.
Apapun
karakterku, dengan berbagai kelemahan dan kelebihannya, asalkan Allah tetap
bersama langkahku.. ..
Bumi
Pemantapan
2-2-13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Left message here...