Senin, 11 Februari 2013

PASSION



Tulisan ini saya dedikasikan untuk Anda yang merasa bersalah karena “masih” mencari jatidiri dan untuk Anda yang belum menemukan passion dalam diri Anda.
Saat orang berkata, passion adalah sesuatu yang ada dalam diri, mungkin kita perlu mulai berfikir bahwa passion bisa jadi sesuatu yang bisa kita ciptakan.
 
Berbicara tentang passion, jika kau tanyakan apa passionku, sepertinya sampai saat ini belum bisa aku jawab dengan mulus.
Teringat saat aku mengerjakan sebuah proyek untuk paket homecare dari klinik holistic rintisan PSIK UNDIP bersama dosen coordinator, seorang memberi jawaban yang cukup membawa tanya saat aku tawarkan kerja sama. “Passion saya bukan di situ mba”
Passion…
Bisa dikatakan, hampir setiap orang yang cukup dekat denganku memiliki passion yang bisa aku baca.
Mba Nur isnaini dengan marketingnya,
Pak Siswadi dengan bisnis nya
Mba Ike Helena dan mba Danik dengan cardiac nursing
Ike puspitaningrum dengan risetnya
Mba sisca dengan fashion nya
Mas pimen dengan training master mind dan tulisannya
Mba norma dengan tulisannya
Bu Meidiyanti dengan perawat jiwanya
Ana dengan penelitiannya
Dan masih banyak yang lain, meski banyak juga yang ber”nasib” sama denganku, belum tahu dimana passionnya.
Aku…
Memang bergelut di entrepreneur, tapi orang-orang yang “melek” tentang ini pasti bisa menilai bahwa aku tidak (atau belum?) memiliki passion di sana. Ujung-ujung visinya pasti keprofesian.
Namun, dikata passion di profesi perawat pun, aku tidak sanggup mengiyakan, karena ilmuku terbilang sangat cethek. Bagaimana tidak? Seorang “mantan” siswa terbaik berturut-turut dari SD sampai SMA, menjadi lulusan terbaik kedua dari bawah. Hehehe...(tapi setidaknya masih dibanggakan oleh beberapa proyek yang berhasil aku lewati yang tidk semua orang bisa melewatinya.. :-p )

Pun kesenanganku menuliskan apa yang ada dalam hati menjadi sebuah kisah makna hidup, belum bisa membawaku pada prestasi “melejit” sebagaimana para penulis yang bisa menjadi bintang karena tulisannya. Sedang aku…. Tulisanku cukup aku rasakan menjadi konsumsi pribadi.
Jika kata para trainer ada tipe pemain dan penonton, meski aku tak mau disebut menjadi tipe penonton, tapi aku ternilai demikian. Tidak bisa meljeit dengan kemampuan sendiri. Entrepreneur, Perintis, adalah kapasitas-kapasitas eksternal yang aku dapatkan, bukan sesuatu yang memang sudah aku miliki. Setidaknya, itu menjadi modal untukku. Mungkin, aku bisa diibaratkan ayam yang mencoba untuk terbang mengejar burung yang memang sudah memiliki kapasitas untuk itu.
Berdiskusi tentang tipe orang dengan Mba Is, bahwa ia adalah tipe merah yang keras, berambisi, dan serius dalam mewujudkan apa yang diinginnkan, berbeda denganku yang katanya tipe biru. “ngalahan”, mudah terbawa perkataan negatif orang, lembut (atau lembek?) sangat cocok untuk disalurkan di lembaga-lembaga sosial.
Setidaknya, itu yang aku temukan dalam diriku.
Jika boleh dikatakan ini adalah passion, maka memang passionku adalah berada di mana saja dimana aku membawa manfaaat, sekalipun itu merugikanku. Hanya saja, karakter dasar ini sudah “terkontaminasi” dnegan karakter-karakter merah sehingga seringkali hati dibuat berperang sendiri saat merasa dirugikan. Antara mau dan tidak mau selama masih ada unsur kebermanfaatan.
Sampai detik ini, dunia entrepreneur yang aku geluti tidak bisa terlepas dengan visi untuk berkontribusi dalam keprofesian perawat, tapi juga tak bisa terlepas dari berbagai misi-misi sosial untuk “rahmatan lil ‘alamin”, kebermanfaatan untuk siapa pun. Jika Pak Sis dan Mba Is menanamkan “kita tidak bisa melayani semua pelanggan”, maka aku  masih tetap dengan prinsipku untuk bisa melayani siapapun. Jika rugi? Sampai detik ini, hatiku masih yakin bahwa tidak ada kerugian dalam menebar manfaat, jika tidak di dunia, maka laba itu akan aku petik di akhirat.
Dan sampai detik ini juga, sejujurnya aku masih tidak mau menjadi lintang di Film Laskar Pelangi yang harus mengorbankan dirinya dan mimpi baru bisa ia bangun untuk anaknya. Aku ingin menjadi “subjek” dalam terwujudnya mimpiku. Menginjakkan kaki di tanah Deutsch.
Apapun karakterku, dengan berbagai kelemahan dan kelebihannya, asalkan Allah tetap bersama langkahku.. ..


Bumi Pemantapan
2-2-13

I AM…. ALL ABOUT YOU….



 (this note is dedicated for my beloved 13 Friends)

10 bulan.. setidaknya itu waktu yang tertulis di buku wisuda kami yang kebetulan adalah wisuda pertama di tahun 2013. Kata prof Sud, wisuda pertama di tahun naga.
912 hari.. setidaknya itu yang diucapkan oleh Ns. Ike Puspitaningrum dalam sambutannya sebagai perwakilan Ners Baru tanggal 29 Januari kemarin saat even angkat sumpah profesi.
1 tahun pendidikan, setidaknya itu yang aku rasakan sebagai momen satu periode kurikulum pendidikan.
Bersama.. menjalani proses yang bagi sebagian dari kami adalah momen penggemblengan, atau momen penindasan bagi sebagian yang lain.. bagimu… apa saja boleh kau katakan. Hehe…
10 Stase 1 Peminatan dan 1 “Bonus” menjelang kelulusan, terlampaui sudah. Aih.. bukan terlampaui, tapi di lampaui. Tidak terassa? “Terasa banget!” (Setidaknya itu penekanan dari Ns. Ike Helena). Proses indah… yang diisi dengan tawa “mahasiswa” dari seluruh penjuru Indonesia. Dari pulau Sumatra hingga Papua, sepertinya kurang pantas untuk menyebut “mahasiswa” karena sebagian dari kamia dalah orang-orang yang sudah pasti memiliki pintu kesuksesan di depan mata mereka. Sebutan mahasiswa… sepertinya  hanya pantas untuk orang yang belum tahu akan kemana setelah proses terlewati. Kami adalah orang hebat, dan panita orang hebat Indonesia. Itu yang selalu aku prinsipkan dalam setiap langkah.
Tak hanya tawa, tak jarang tangis karena nilai yang diperoleh tak sesuai harapan, atau kekesalan dan kekecewaan karena bimbingan yang ak sesuai perkiraan. Bahkan kemarahan pun menjadi hiasan dalam proses kami.. aiiih… setiap kali teringat cerita mereka setiap kali mendapat perlakuan “kurang adil” dari teman sejawat, rasanya tidak ingin mengulang masa ini.. (hehe..)
Selalu semangat dalam bercerita. Ghibah? Ya..  mungkin kalo ini termasuk ghibah, selama fas profesi ini dosa kami sudah menggunung.. :’(
Dalam pidato wakil wisudawan saat prosesi wisuda di Gedung Prof Sud yang bertemakan teman, masih inget betul satu statement. “Pilihlah temanmu” (yang pada tidur saat sambutan, ga pada ngerti mungkin.. hehe.. piss). Dan memang, ternyata, kalian menjadi teman, sahabat terpilih yang menghiasi jejak hidup aku, termasuk jejak tulisan-tulisan aku. J meski di awal perkenalan, sudah terbentuk frame dalam pikiran kita tentang “gap” antara aku dan mereka yang adalah transferan dari D3. Masih ingat “perdebatan” kita saat pertama kali makan bersama di Bakso Goyang Lidah? Mungkin beberapa menangkap rona “ketidaksukaan” saat perbincangan itu.. jika kau menangkapnya. Haih… aku rasa, aku memang perlu refleksi diri untuk bisa memcahkan gap itu. Kesan seorang yang “angkuh” pada sosok Ns. Fransisca Punjhabi (setidaknya itu nama panggungnya), yang memang sudah melekat padanya profesi “perawat”, tetapi di balik itu, semestinya orang kagum dengan kepribadiannya yang unik. Sering membuat kesal orang, tapi ia tak peduli karena memang itu caranya melangkah. Selalu bayak alasan untuk mengelak sesuatu yang ia tidak sukai untuk mengerjakannya. Teguran menjadi angin lewat baginya, meski mungkin ia fikirkan saat menjelang tidur, rona marah menjadi hal yang membuatnya melet dan melirik. Mendengar kata “Siska”, maka terbesitlah sosok “alay”, temannya temaku yang suka bling-bling, glamour, dan lain sebagainya. Seorang yang katanya masih “dikejar” untuk memiliki “calon pendamping” yang sepertinya masih ia tunggu sampai sekarang.( Aku hanya bisa mendoakan untuk pendamping baginya yang bisa membawanya dalam keindahan surge dunia dan akhirat…)
Ns. Dhanik, sosok bunda yang luar biasa, di tengah kewajibannya sebagai istri dan bunda 1 jagoannya, ia bisa menjadi Ners yang excellent. Perawat jantung yang melekat padanya, membuatku teringat mimpinya untuk menjadi “Scrub Nurse” jika dlaam obrolah tentang Asada Sensei. Semangatnya belajar, apalagi didukung oleh suami yang juga memiliki semangat yang sama, tidak heran jia ia menjadi salah satu wisudawan cumlaude dalam kelulusan kemarin. Iri? Pasti… sudah memenuhi separuh dien (bagi Muslim), tapi masih bisa berkarir dan belajar. Darinya aku belajar tentang kesabaran, keuletan, dan ketekunan. Tenang dalam berbicara, tegas dalam melangkah. Seringkali tertangkap kebiasannya mengulang-ulang cerita sebuah kejadian.. (identik sama orang yang udah tua.. hihihi.. ^_^ V ) Jika boleh berharap, ingin memintakan “hidayah” untuknya. Jika boleh.. J
Jayanti, yang sebelumnya sudah salingkenal denganku 3 tahun 8 bulan lamanya saat jenjang S1, ternyata baru benar-benar aku kenal sekarang ini. meski tak sepenuhnya dekat, setidaknya aku hafal betul statement yang senantiasa di ucapkan untuk menyemangati dirinya, yang aku fikir, sebenarnya dia yang perlu disemangati. Hehe (bener ga ya?) “Sudah.. yang penting kita lewati saja prosesnya”. Single fighter satu ini, memang perlu diacungi jempol. Tidak satu dua kali dia lewati stase sendirian terutama saat di RSDK. Tidak munafik, sejujurnya aku cemburu pada ujian untuknya, karena semakin besar ujian untuk seseorang, semakin  besar pula suatu hari nanti ia akan menjadi. Hanya bisa berdoa untuknya, agar senantiasa dlaam kesuksesan dengan seorang pendamping yang benar-benar mencintainya karena Allah. “Adik kecilku”. Sebutan yang sering didengar padanya oleh Ns. Ike Helena. “Batu Karang”. Mungkin itu sebutan yang cocok untuknya. Butuh waktulama dan usaha keras untuk “meruntuhkannya”. Wanita karir yang pantang berhenti di tengah jalan. Pejuang satu ini memang tidak ada loyonya. Hmm.. lebih tepatnya selalu “pandai” menyembunyikan keloyoannya. Pasangan Ns. Dhanik sebagai spesialis jantung ini sudah seperti kakak bagiku selama kebersamaan kami. kakak yang aku kagumi meski mungkin ia tak mengetahuinya. Kekaguman pada tipe “merah”nya yang akan melakukan apapun untuk mencapai apa yang ia inginkan. Sosok pekerja keras yang pantang menyerah dalam menjalani sesuatu. Akan menekuni saat tertarik pada sesuatu. Salut pada semangatnya dalam belajar, tidak main-main dengan proses pendidikan ini meski usianya tidak lagi bisa dibilang remaja (hehe).
Cerdas, ceria, nekat, tetapi pada dasarnya polos. Dewasa dalam kekanak-kanakannya, dan kanak-kanak dalam kedewasaannya. Orang yang belum mengenalnya, mungkin tidak ada yang percaya dengan usianya saat ini. (hehe). Semangat dan caranya berinteraksi, seperti mempermuda usianya. Ia yang tidak pernah bosan dengan Suju (boyband Korea) mungkin jarang ditemukan pada orang seusianya.  Melihat caranya melangkah, benar-benar seperti sedang bercermin. Sosokku 5 tahun yang lalu (tentunya tidak untuk saat ini). Melihatnya seperti panitia ajang kompetisi. Meski di awal ia selalu berkata “orientasiku bukan nilai, yang penting melewati proses”, tapi aku selalu melihatnya untukbisa memperoleh nilai terbaik. J satu doaku untuknya, agar perjalanannya barokah, dan segera melepas masa lajangnya, meski masih banyak mimpi yang masih ingin ia bangun (ayolah mba.. segera merit. Hehehe ^_^ V ).
Partner sejatinya di Korean Holic, Ns. Utami. Jika dua orang ini duduk bersama, maka tidak lain yang dibicarakan adalah Donghae oppa dkk. Album album terbaru, konser-konser besar.. dan sebagainya. Salut pula dnegna semangat belajarnya. Selalu semangat mendiskusikan sesuatu untuk benar-benar menceritakan yang benar.
Bagiku, menyebut Ns. Utami, pasti ada Ns. Kiki. Wanita cantik yang pertama mataku tangkap saat pertama kali kenal di BTCLS bulan Februari 2012 lalu. Cantik, pintar, apa adanya. Sesuai dengan namanya yang cantik.. Rizki Nursasmita. Semoga menjadi muslimah cantik yang senantiasa disayang Allah.
Cerdas, energik, pantang menyerah, aktivis, bermimpi tinggi, dan calon orang hebat yang menciptakan orang hebat. Siapa lagi jika bukan Ns.Ike Puspitaningrum. Wisudawan terbaik angkatan kami. Pernah malu padanya karena rasa iri oleh karena posisi itu yang aku impikan sejak sebelum orang-orang bermimpi. Tapi sadar dengan kapasitas yang dimilikinya  dan usaha yang diperjuangkannya, pantaslah gelar itu diraihnya. Cewek tomboy yang ternyata bisa tampak feminine saat momen wisuda. Pastilah orang tuanya bangga dengan apa yang ia torehkan. Kedekatannya dengan beberapa dosen, seperti menjadi “tanda” dari alam bahwa suatu hari ia pun akan menjadi dosen yang hebat! Berharap, Allah mempemudah jalannya dalam meraih apa yang diimpikannya. Berharap jika ia menjadi pendidik, ia tak akan pernah lupa dengan “pendidikan berkarakter” yang sering ia sampaikan. Dan jika boleh berharap, Allah menyempurnakan kecantikan dan kecerdasannya dengan hijab ;-)
3 sahabat, membuat ku cukup bangga dalam mengambil keputusan 10 bulan yang lalu untuk mengambil periode profesi Ners bersama mereka. Pak Adri dengan kekonyolannya, Mba Ve dengan “keluguannya”, dan Bu Mey dengan “keibuannya”. Luar biasa, meski sudah berkeluarga, tak ada rintangan untuk mereka menempuh pendidikan sejauh ini, meninggalkan keluarga tercinta di seberang pulau sana. Meski mungkin diniatkan untuk “income” yang lebih besar.. (hehe), tapi salut dengan kegigihan mereka dalam menyelesaikan semua proses ini.
Jika menceritakan kalian seutuhnya,  mungkin akan membawa kebosanan para pembaca. Meski aku “belum” sehebat” kalian, bahagiaku memiliki warna hidup bersama kalian. Aku yang lebih suka nyari duit daripada nyari “jurnal”, aku yang lebih memilih menambah koleksi tulisan-tulisan fiksi dan nofiksi daripada menyelesaikan askep, aku yang lebih sering melampiaskan “kelelahan” dan “kekecewaan” pribadi dengan kemarahan pada kalian (setiap ingat wajah “jelekku” pada kalian, rasanya ingin memasuki lorong waktu, memasuki momentum masa lalu dan mengubahnya menjadi proses yang penuh senyuman bersama kalian), aku yang masih mengotori silaturahim kita dengan kebencian-kebencian yang sebernya adalah pelampiasan kekecewaan pada diri sendiri, aku yang seringkali menyembunyikan “ketidaktahuan” saat kalian membicarakan fashion, make up dan mode, aku yang mungkin paling “bodoh” tentang gaya hidup orang saat ini, aku yang ilmu dan pengalamannya masih sebutir pasir dibanding kalian, tapi aku yang banga tetap menjadi diri ini di atas warna-warna kalian….maafkanlah untuk kebersamaan yang tak terwarnai dengan indah, maafkan untuk 912 hari lukisan perjalanan yang tak terharmonisasi dengan sempurna, dan maaf untuk senyum yang tak selepas keindahan kupu-kupu dlaam melepaskan diri dari kepompongnya.
“Terima kasih”, masih jauh kurang untuk mengungkapkan rasa ini atas warna yang kalian lukis dalam jejak hidupku….

“Melepas” kebersamaan kita… bolehkah aku nyanyikan dua lagu untuk kalian…?

ASAKU ASAMU
(by Star Five)
Sahabat….
Setelah sekian lama kita jalani bersama
Penuh suka penuh duka
Yang akhirnya ku temukan
Sebuah asa
Sahabat
Di Sepanjang malam yang hening
Ku coba untuk merenungkan mengingati perjalanan kita
Kudapati asaku asamu
Ya Allah Ya Tuhanku
Andai Kau takdirkan dia untukku menjadi teman arungi hidup ini
Satukan hatiku hatinya
Amanah kan bahagia
Kemesraan selamanya
Ya Allah Yang Maha perkasa
Beri kuat lahir batin
Teguhkan akhlakku
Jauhkan dari kemungkaran
Warnai hidup di jalan yang Kau ridloi

Senandung Ukhuwah
By Sigma
Di awal kita bersua….
Mencoba untuk saling memahami..
Keping-keping di hati terajut dengan indah… rasakan persaudaraan kita…
Dan masa pun silih berganti
Ukhuwah dan amanah tertunaikan..
Berpeluh suka dan duka ..
Kita jalani semua
Semata-mata harapkan ridlo-NYA
Sahabat…
Tibalah masanya…
Bersua pasti ada berpisah..
Bila nanti kita jauh berpisah
Jadikan robithoh pengikatnya
Jadikan doa ekspresi rindu
Semoga kita bersua di Syurga..

Semarang,
31 Januari 2013